Minggu, 03 April 2016

Tugas Makalah Pahlawan yang Disukai


KATA PENGANTAR


Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan umatnya. Sehingga, saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya serta tanpa ada suatu halangan apapun .
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti – nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Tugas makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Budaya Dasar (IBD) semester 2 tahun 2016.  Karya tulis ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan tulisan-tulisan berikutnya. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian



Rizsa Noorsita Amelia, Maret 2016
Penulis,







LATAR BELAKANG

Bendara Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan namaDiponegoro, lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, 11 November1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855pada umur 69 tahun) adalah salah seorang pahlawan nasionalRepublik Indonesia. Pangeran Diponegoro terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830) melawan pemerintah Hindia Belanda. Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam sejarah Indonesia





BAB I
PENDAHULUAN

Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, ia memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak.
Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran GPH Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas di sebuah gua yang bernama Gua Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa perlawanannya adalah perang sabil, perlawanan menghadapi kaum kafir. Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu. Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua Selarong. Perjuangan Pangeran Diponegoro ini didukung oleh Sunan Pakubuwana VI dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan.
Selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari 15.000 tentara dan 20 juta gulden.
Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro, hingga akhirnya ditangkap pada 1830.
Perang melawan penjajah lalu dilanjutkan oleh para putra Pangeran Diponegoro: Ki Sodewa atau Bagus Singlon, Dipaningrat, Dipanegara Anom, Pangeran Joned yang terus-menerus melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat putra Pangeran Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam peperangan, begitu juga Ki Sodewa.
Berakhirnya Perang Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak memakan korban di pihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini jumlah penduduk Ngayogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian kalangan dalam Kraton Ngayogyakarta, Pangeran Diponegoro dianggap pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton, sampai kemudian Sri SultanHamengkubuwana IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.





Kesimpulan


Pangeran Diponegoro sadar betul akan resikonya melawan Belanda akan seperti apa. Namun, sekali lagi yang benar memang harus diperjuangkan dan yang salah perlu disadarkan untuk kemudian diluruskan. Kesabaran adalah daya tahan yang menetukan sejauh apa kita mampu membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu survive dalam menghadapi tekanan hidup. Kita membutuhkan sosok seperti Pangeran Diponegoro untuk kita tauladani baik dalam semangat maupun kehidupannya. Sosok yang dapat kita contoh dan mampu menggerakan harapan bangsa. Itulah mengapa saya memilih pahlawwan yang disukai adalah Pangeran Diponegoro





Daftar Pustaka

·         Carey, P.B.R. (1981). Babad Dipanagara: an account of the outbreak of the Java War (1825-30): the Surakarta court version of the Babad Dipanagara. Kuala Lumpur: Printed for the Council of the M.B.R.A.S. by Art Printing Works. Monograph (Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. Malaysian Branch); no.9
·         Sagimun, M.D. (1976). Pangeran Diponegoro: Pahlawan Nasional. Jakarta: Proyek Biografi Pahlawan Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
·         Yamin, M. (1950). Sedjarah Peperangan Diponegoro: Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Pembangunan.



Sumber :