KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, para sahabat dan umatnya. Sehingga, saya dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik dan tepat pada waktunya serta tanpa ada suatu halangan
apapun .
Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang kita nanti –
nantikan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Tugas makalah ini saya susun untuk
memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Budaya Dasar (IBD) semester 2 tahun
2016. Karya tulis ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran sangat diharapkan demi
perbaikan tulisan-tulisan berikutnya. Akhir kata saya berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca sekalian
Rizsa Noorsita Amelia, Maret 2016
Penulis,
LATAR BELAKANG
Bendara
Pangeran Harya Dipanegara (lebih dikenal dengan namaDiponegoro, lahir di Ngayogyakarta
Hadiningrat, 11 November1785 – meninggal di Makassar, Hindia Belanda, 8 Januari 1855pada umur 69 tahun) adalah
salah seorang pahlawan
nasionalRepublik Indonesia. Pangeran Diponegoro
terkenal karena memimpin Perang Diponegoro/Perang Jawa (1825-1830)
melawan pemerintah Hindia Belanda.
Perang tersebut tercatat sebagai perang dengan korban paling besar dalam
sejarah Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
Perang Diponegoro berawal
ketika pihak Belanda memasang
patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, ia memang sudah muak dengan kelakuan Belanda
yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan
pembebanan pajak.
Sikap Diponegoro yang menentang Belanda
secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat. Atas saran GPH
Mangkubumi, pamannya, Diponegoro menyingkir dari Tegalrejo, dan membuat markas
di sebuah gua yang bernama Gua Selarong. Saat itu, Diponegoro menyatakan bahwa
perlawanannya adalah perang sabil,
perlawanan menghadapi kaum kafir.
Semangat "perang sabil" yang dikobarkan Diponegoro membawa pengaruh
luas hingga ke wilayah Pacitan dan Kedu.
Salah seorang tokoh agama di Surakarta, Kyai Maja, ikut bergabung dengan pasukan Diponegoro di Gua
Selarong. Perjuangan Pangeran Diponegoro ini didukung oleh Sunan Pakubuwana VI
dan Raden Tumenggung Prawiradigdaya Bupati Gagatan.
Berbagai cara terus
diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan.
Hadiah 50.000 Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap
Diponegoro, hingga akhirnya ditangkap pada 1830.
Perang melawan
penjajah lalu dilanjutkan oleh para putra Pangeran Diponegoro: Ki Sodewa atau
Bagus Singlon, Dipaningrat, Dipanegara Anom, Pangeran Joned yang terus-menerus
melakukan perlawanan walaupun harus berakhir tragis. Empat putra Pangeran
Diponegoro dibuang ke Ambon, sementara Pangeran Joned terbunuh dalam
peperangan, begitu juga Ki Sodewa.
Berakhirnya Perang
Jawa yang merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini banyak
memakan korban di pihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan
Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa. Sehingga setelah perang ini
jumlah penduduk Ngayogyakarta menyusut separuhnya. Mengingat bagi sebagian
kalangan dalam Kraton Ngayogyakarta, Pangeran Diponegoro dianggap
pemberontak, sehingga konon anak cucunya tidak diperbolehkan lagi masuk ke
Kraton, sampai kemudian Sri SultanHamengkubuwana IX memberi amnesti bagi
keturunan Diponegoro, dengan mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai
Diponegoro kala itu. Kini anak cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton,
terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka, tanpa rasa takut akan diusir.
Kesimpulan
Pangeran Diponegoro sadar betul akan
resikonya melawan Belanda akan seperti apa. Namun, sekali lagi yang benar
memang harus diperjuangkan dan yang salah perlu disadarkan untuk kemudian
diluruskan. Kesabaran adalah daya tahan yang menetukan sejauh apa kita mampu
membawa beban idealisme kepahlawanan, dan sekuat apa kita mampu survive dalam
menghadapi tekanan hidup. Kita membutuhkan sosok seperti Pangeran Diponegoro
untuk kita tauladani baik dalam semangat maupun kehidupannya. Sosok yang dapat
kita contoh dan mampu menggerakan harapan bangsa. Itulah mengapa saya memilih
pahlawwan yang disukai adalah Pangeran Diponegoro
Daftar Pustaka
·
Carey, P.B.R.
(1981). Babad Dipanagara: an account of the outbreak of the Java War
(1825-30): the Surakarta court version of the Babad Dipanagara. Kuala Lumpur: Printed for the Council of the M.B.R.A.S. by Art
Printing Works. Monograph
(Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland. Malaysian Branch); no.9
·
Sagimun, M.D.
(1976). Pangeran Diponegoro: Pahlawan Nasional. Jakarta: Proyek Biografi Pahlawan Nasional, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
·
Yamin, M. (1950). Sedjarah
Peperangan Diponegoro: Pahlawan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Pembangunan.
Sumber
: